Kamis, 20 Desember 2012

STRATIFIKASI SOSIAL

Makalah ini disusun guna melengkapi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar Sosiologi
Dosen Pengampu : Drs. Sabarudin






Disusun Oleh:

DIYAH PUSPITASARI
NIM : 10411047
PAI 2



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi. Jika suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya, maka mereka lebih banyak mempunyai kekayaan material dan menempati kedudukan yang lebih tinggi.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian stratifikasi sosial?
2.    Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
3.    Apa dasar-dasar stratifikasi sosial?
4.    Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
5.    Bagaimana sifat stratifikasi sosial itu?
6.    Apa fungsi stratifikasi sosial?
7.    Apa dampak stratifikasi sosial?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin         “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
Pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli:
1.    Pitirim A. Sorokin
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2.    Max Weber
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3.    Cuber
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.

B.    Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
    Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
    Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
    Sistem lapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama  biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sisitem lapisan.

C.    Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1.    Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.
2.    Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
3.    Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4.    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai alat ukur, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya.

D.    Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan unsure dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah:
1.    Kedudukan (status)
        Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya.
        Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut memengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu kedudukan (status).
        Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua kedudukan,yaitu:
a.    Ascribed Status
        Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsaawan pula.
b.    Achieved Status
            Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhu syarat tertentu.
    Kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status tersebut sering mempunyai hubungan erat dengan achieved status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa,yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2.    Peranan (role)
    Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tak ada status tanpa peran. Sebagai mana kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
         Peranan mungkin mencakup tiga hal:
a.    Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b.    Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c.    Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:
a.    Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b.    Peranan-peranan setogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.Mereka harus telah terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c.    Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan-kepentingan pribadinya yang terlalu banyak.
d.    Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.

E.    Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.    Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Sosial Stratification)
Pada sistem sosial tertutup, kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain dibatasi, baik yang merupakan gerak ke atasataupun ke bawah. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.
2.    Stratifikasi Sosial Terbuka (Open  Sosial Stratification)
Pada system sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan ataupun turun lapisan. Pada umumnya system terbuka ini menjadi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup.
3.    Stratifikasi Sosial Campuran
Sistem ini merupakan campuran dari system stratifikasi sosial terbuka dan tertutup.

F.    Karakteristik Stratifikasi Sosail
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu :
1.    Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampaun yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya. Contoh : berbeda dengan pegawai negeri golongan IV yang kebanyakan mampu membeli mobil, akibat keterbatasan gaji yang diperolehnya seorang pegawai negeri golongan I dan II tentu hanya akan sanggup membeli sepeda atau sepeda motor saja.
2.    Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
Seorang direktur sebuah perusahaan, selain selalu dituntut berpakaian rapi, mereka biasanya juga melengkapi atribut penampilannya dengan aksesoris-aksesoris lain untuk menunjang kemantapan penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, berolahraga tennis atau golf, memakai pakaian merek terkenal, dan perlengkapan-perlengkapan lain yang sesuai dengan statusnya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar kemungkinan akan menjadi pergunjingan. Sebaliknya, seorang bawahan yang berperilaku seolah-olah direktur tentu juga akan menjadi bahan cemoohan.
3.    Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.           Seorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil. Seorang kepala bagian, misalnya, selain memiliki gaji yang besar dan memiliki ruang kerja sendiri, mereka juga berhak untuk memerintah stafnya.

G.    Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.    Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
2.    Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/ kebangsawanan, dan sebagainya.
3.    Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
4.    Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
5.    Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6.    Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

H.    Dampak Stratifikasi Sosial
1.    Dampak Positif
Dengan adanya stratifikasi sosial, orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
2.    Dampak Negatif
Ada 3 dampak negatif dari stratifikasi soaial,yaitu:
a.    Konflik antar kelas
            Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b.    Konflik antar kelompok sosial
            Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c.    Konflik antar generasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh : pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.


               

BAB III
PENUTUP

Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin         “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Sebab timbulnya stratifikasi sosial yaitu dikarenakan adanya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai.
    Dasar–dasar adanya stratifikasi soasial yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
    Unsur-unsur dari stratifikasi sosial yaitu kedudukan (status) dan peranan (role). Adapun sifat dari stratifikasi yaitu sistem stratifikasi terbuka (open social stratification), tertutup (close social stratification) dan sistem stratifikasi campuran.
    Karakteristik stratifikasi sosial:
1.    Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
2.    Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
3.    Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.          
Dampak Stratifikasi Sosial
a.    Dampak Positif
Dengan adanya stratifikasi sosial, orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
b.    Dampak Negatif
Ada 3 dampak negatif dari stratifikasi soaial,yaitu:
1.    Konflik antar kelas
2.    Konflik antar kelompok sosial
3.    Konflik antar generasi
REFERENSI

Polak, Mayor. Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta : Ikhtiar. 1996
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
http://jolompong.blogspot.com/2011/01/dampak-positif-dan-negatif stratifikasi.html
http://www.roysatriadi.co.cc/2010/03/makalah-isd-stratifikasi-sosial.html



6 komentar: